Koin Luxembourg keberuntunganku tetap setiap di kantongku, bahkan ke sekolah juga tak pernah lupa kubawa. Meskipun ternyata tidak ada keberuntungan yang spesial kualami setelah mengantonginya, selalu terasa tidak klop jika tidak membawanya. Begitu juga imajinasiku tentang si empunya sebelumnya. Tapi selanjutnya, imajinasi berganti menjadi misteri kecil yang kurahasiakan sendiri.
Beberapa hari setelah menemukan si koin…
Seperti biasa sepulang sekolah, aku harus membantu orangtuaku bekerja di satu-satunya ladang yang kami punyai. Dan di tengah-tengah ladang kopi tersebut terletaklah makam dari Oppung (orangtua dari ayahku). Kami menyebutnya simin, yaitu bangunan makam yang menjadi tempat tulang belulang leluhur, setelah digali dari kuburan tanah sebelumnya. Hal yang pasti bakal dinilai aneh jika terlihat orang lain adalah, aku suka bertingkah seolah roh Oppungku hadir di situ. Aku akan mengajak mereka ngobrol. Tidak lupa aku menceritakan penemuan koinku. Sesekali tidur di samping ruang yang menjadi tempat tulang belulang. Sama sekali tidak ada rasa takut karena aku merasa mereka tidak akan marah. Toh, aku adalah cucu mereka. Tetap saja, barangkali akan lain ceritanya kalau tiba-tiba mereka nongol dan membalas pembicaraanku. Hahaha…