Ubi est tu, Koin Kuno Luxembourg-ku? (Part 2)

Koin Luxembourg keberuntunganku tetap setiap di kantongku, bahkan ke sekolah juga tak pernah lupa kubawa. Meskipun ternyata tidak ada keberuntungan yang spesial kualami setelah mengantonginya, selalu terasa tidak klop jika tidak membawanya. Begitu juga imajinasiku tentang si empunya sebelumnya. Tapi selanjutnya, imajinasi berganti menjadi misteri kecil yang kurahasiakan sendiri.

Beberapa hari setelah menemukan si koin…

Seperti biasa sepulang sekolah, aku harus membantu orangtuaku bekerja di satu-satunya ladang yang kami punyai. Dan di tengah-tengah ladang kopi tersebut terletaklah makam dari Oppung (orangtua dari ayahku). Kami menyebutnya simin, yaitu bangunan makam yang menjadi tempat tulang belulang leluhur, setelah digali dari kuburan tanah sebelumnya. Hal yang pasti bakal dinilai aneh jika terlihat orang lain adalah, aku suka bertingkah seolah roh Oppungku hadir di situ. Aku akan mengajak mereka ngobrol. Tidak lupa aku menceritakan penemuan koinku. Sesekali tidur di samping ruang yang menjadi tempat tulang belulang. Sama sekali tidak ada rasa takut karena aku merasa mereka tidak akan marah. Toh, aku adalah cucu mereka. Tetap saja, barangkali akan lain ceritanya kalau tiba-tiba mereka nongol dan membalas pembicaraanku. Hahaha…

Setelah tiduran sebentar, aku bergegas hendak mulai bekerja. Sambil duduk di bawah salah satu pokok kopi, aku memakai sepatu bootsku, untuk menghindari gigitan lipan atau ranting yang ujungnya runcing. Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang keras di bawah akar serabut kopi robusta yang kududuki. Dan, ternyata itu koin lagi! Aku sudah lupa tulisan dan nilainya, tapi sepertinya koin Belanda, berwarna perak. Benar-benar sebuah kebetulan!

Koin kedua kusimpan di atas pintu kamar tidurku. Koin Luxembourg, selalu kubawa. Amat mengherankan bagaimana koin ini ternyata kemudian memancing penemuan koin lain. Berikutnya aku bermain ke lokasi rawang (semacam genangan air) di tengah perkebunan teh warisan Belanda. Kali ini kutemukan dua koin sekaligus di dekat batang pohon teh tua tempat aku bernaung. Kali berikutnya lagi aku menemukan di area ladang kopi kami, di salah satu perladangan pinggir jurang bernama sidalit, dan beberapa lainnya aku tidak terlalu ingat lagi. Dalam waktu tidak sampai sebulan, total aku menemukan 9 koin. Koin Luxembourg, kuanggap Tuan dari koin lainnya. Aku bahkan belum tahu tentang kisah Lord of the Ring saat itu. Sesekali aku pamerkan ke teman-temanku, meskipun mereka tidak terlalu terkesan.

Namun, naas kemudian kualami. Sepulang sekolah aku tidak menemukannya lagi di kantongku. Sama sekali tidak ingat hilang atau jatuh dimana dan kapan. Kurogoh kantong kanan celana SD-ku. Sial, bocor. Sesampai di rumah, antara heran dan kecewa, semua koin lainnya juga raib! Aku tanyakan ke saudara-saudaraku, tidak ada yang merasa mengambil.

Benar-benar sial. Setelah itu aku tidak pernah mengalami penemuan-penemuan kebetulan itu lagi. Sampai sekarang.

Sampai hari ini di Facebook tak sengaja melihat sebuah group Numismatik, tempat berkumpul para kolektor koin dan uang kuno. Dan salah satu postingan menampilkan gambar serupa dengan koinku yang hilang. Tulisan lengkapnya : “GRAND DUCHE DE LUXEMBOURG”.

coin

Ingatanku kembali melayang ke masa kecil belasan tahun lalu, dan dalam benakku bertanya: “Di manakah kau sekarang, Koin Kuno Luxembourg-ku?

Leave a Reply